Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, di tempat umum, di lingkungan keluarga, di kampung, di sekolah, atau
bahkan di tempat yang kental dengan nilai moral sekalipun. Dapat membunuh jiwa anak. Berita mengenai pelecehan
seksual dan pemerkosaan terhadap remaja di bawah umur makin sering kita. Apa itu Pelecehan Seksual? Pengertian pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi
seksual dan tidak senonoh yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran
sehingga menimbulkan reaksi negatif: rasa malu, marah, dan tersinggung pada diri korban. Berdasarkan pengertian di
atas tingkat pelecehan seksual dapat dibagi dalam tiga tingkatan. Pertama, tingkatan ringan, seperti godaan nakal,
ajakan iseng, dan humor porno. Kedua, tingkatan sedang, seperti memegang, menyentuh, meraba bagian tubuh
tertentu, hingga ajakan serius untuk ”berkencan”. Ketiga, tingkatan berat, seperti perbuatan terangterangan
dan memaksa, penjamahan, pemaksaan kehendak, hingga percobaan pemerkosaan. Sedang pemerkosaan itu
sendiri sudah masuk dalam kategori kejahatan seksual (sexual crime). Berdasarkan definisi dan tingkatan pelecehan
seksual ini, peristiwa pelecehan seksual sesungguhnya sangat sering terjadi di sekitar kita. Dampak Pelecehan Seksual Pelaku pelecehan seksual juga sangat beragam.
Bahkan pada banyak kasus pelakunya adalah orang yang dekat dengan korbannya. Mulai dari ayah tiri maupun ayah
kandung, saudara kandung, paman, sepupu dan kerabat dekat lainnya. Dampak pelecehan seksual bagi anak lebih
dari apa yang bisa kita bayangkan. Stephen J. Sossetti dengan tepat mengatakan bahwa ”dampak pelecehan
seksual pada anak adalah membunuh jiwanya”. Bagaimana tidak, luka pelecehan itu akan dibawa terus oleh
seorang anak hingga ia dewasa, menjadi luka abadi yang sulit dihilangkan. Korban pelecehan seksual akan mengalami
pasca trauma yang pahit. Pelecehan seksual dapat merubah kepribadian anak seratus delapan puluh derajat. Dari yang
tadinya periang menjadi pemurung, yang tadinya energik menjadi lesu dan kehilangan semangat hidup. Pada beberapa
kasus, ada pula anak yang menjadi apatis dan menarik diri, atau menjadi psikososial dengan prilaku agresif, liar dan
susah diatur. Ada beberapa tips yang bisa digunakan untuk
menghindarkan diri dan keluarga kita dari tindak pelecehan seksual: Pertama, menyadarkan keluarga kita terutama
anak-anak untuk mengenali situasi potensil yang dapat menyeret ke jurang pelecehan (Baca Boks:
”Kenali..”). Yang perlu dilatih adalah, jika ada perasaan agar kita waspada, maka percayai perasaan itu.
Jangan segan dan sungkan membahas masalah pelecehan seksual yang muncul di pemberitaan media massa.
Ungkapkan secara tegas sikap kita sebagai orang tua yang tidak menginginkan hal itu terjadi pada keluarga kita.
Latihlah anak untuk dapat bersikap tegas walau mungkin itu bertentangan dengan karakternya. Yakinkan anak bahwa
sikap itulah yang dapat menolongnya terhindar dari bahaya. Latihlah juga anak untuk dapat melawan bila berada dalam
ancaman pelecehan. Pahamkan bahwa ia ada di pihak yang benar. Jangan takut dan ragu! Ingatkan anak, jika
mengalami pelecehan seksual, jangan diam! Karena diamnya korban dianggap sebagai penerimaan oleh si pelaku, dan
biasanya cenderung diulangi. Selain itu, selalu tanamkan pada diri anak bahwa pelecehan yang terjadi bukan
kesalahannya. Ajarkan pula kepada anak untuk
berpenampilan sopan. Baik dalam berpakaian maupun dalam bertutur kata. Penampilan yang seronok dapat membuat
penafsiran menyimpang bagi orang lain. Demikian juga perkataan dan tutur kata
http://edukasia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=16
http://thinkerbellchan.wordpress.com/2010/05/12/mengantisipasi-pelecehan-seksual-pada-remaja/
This entry was posted on Kamis, 27 Januari 2011 at Kamis, Januari 27, 2011 and is filed under uncategorized. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.